Perilaku menyimpang atau biasa dikenal dengan istilah penyimpangan sosial merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang ada di lingkungan masyarakat atau suatu kelompok maupun aturan yang telah diinstitusikan. Pada dasarnya, perilaku menyimpang sering kali dikaitkan dengan perbuatan maupun tindakan yang negatif. Akan tetapi, tahukah Grameds bahwa perilaku ini tidak selalu bernilai negatif? Ada beberapa perilaku menyimpang yang memiliki nilai positif karena salah satu ciri dari perilaku iniadalah dapat diterima dan bisa juga ditolak oleh kelompok atau masyarakat tertentu. Penasaran dengan penjelasannya? Bagaimana bentuk positif dan negatifnya? Simak penjelasan perilaku menyimpang secara lengkap berikut ini. Pengertian Perilaku Menyimpang Secara Umum dan Menurut Para Ahli1. Bruce J. Cohen2. Gillin3. Lewis Coser4. James Vander Zanden5. Paul B. Horton6. Robert Lawang7. Nasution8. Ronald A. Hardert9. Marshall B. Clinard dan Robert F. MeierBentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang1. Perilaku Menyimpang Berdasarkan Sifata. Perilaku menyimpang positifb. Perilaku menyimpang negatif1 Penyimpangan primer2 Penyimpangan sekunder2. Perilaku Menyimpang Berdasarkan Perilakua. Individual deviation atau penyimpangan individualb. Group deviation atau penyimpangan kelompokc. Combined deviation atau penyimpangan campuranPenyebab Perilaku Menyimpang1. Adanya Perubahan Nilai dan Norma Sosial2. Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna3. Teori Labeling4. Teori Anomie5. Teori Differential associationFaktor Penyebab Perilaku Menyimpang Menurut Casare Lombroso1. Faktor Biologis2. Faktor Psikologis3. Faktor Sosiologis Pengertian Perilaku Menyimpang Secara Umum dan Menurut Para Ahli Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang ada di masyarakat maupun di suatu kelompok atau bahkan aturan yang telah diinstitusikan, yaitu peraturan yang telah disepakati bersama dalam sistem sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, perilaku ini dapat didefinisikan sebagai tingkah laku, tanggapan maupun perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pada lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma serta hukum yang ada di masyarakat. Menurut buku Psikologi Olahraga Pengembangan Diri dan Prestasi 2021 yang ditulis oleh Dian Permana dan Arif Fajar Prasetyo, merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kepatutan dan nilai kesusilaan. Menurut buku Sosiologi Komunitas Menyimpang 2018 yang ditulis oleh Suardi Dwi J. Narwoko, perilaku menyimpang merupakan perilaku warga atau masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan tata aturan, kebiasaan maupun norma sosial yang berlaku. Dalam kehidupan bermasyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh adanya aturan atau norma untuk berperilaku atau berbuat sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat umum. Jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan nilai maupun norma yang ada di masyarakat, maka tindakan tersebut disebut sebagai penyimpangan sosial atau anti sosial atau non konformitas. Contohnya, di tengah kehidupan masyarakat yang terkadang Grameds akan menjumpai tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Seperti siswa yang menyontek ketika ujian, mencuri, berbohong atau bahkan mengganggu siswa lainnya. Penyimpangan pada norma maupun nilai masyarakat tersebut disebut sebagai deviasi atau deviation. Sementara itu, pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut dengan devian atau deviant. Kebaikan dari perilaku ini disebut sebagai konformitas. Konformitas merupakan bentuk interaksi sosial yang di dalamnya ada seseorang yang berperilaku sesuai dengan harapan suatu kelompok. Perilaku ini juga didefinisikan oleh para ahli. Beberapa ahli, seperti Gillin, Bruce J. Cohen hingga Nasution mengemukakan pendapatnya tentang pengertian perilaku menyimpang. Berikut penjelasannya. 1. Bruce J. Cohen Menurut Bruce merupakan setiap perilaku atau perbuatan yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat maupun kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat. 2. Gillin Menurut Gillin, merupakan perilaku yang menyimpang dari nilai sosial keluarga maupun norma yang ada di masyarakat dan menjadi penyebab memudarkan solidaritas kelompok atau ikatan kelompok. 3. Lewis Coser Lewis Coser berpendapat bahwa adalah salah satu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk menyesuaikan kebudayaan dengan adanya perubahan sosial. 4. James Vander Zanden Zenden mendefinisikan sebagai perilaku yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai hal yang tercela serta perbuatan yang berada di luar batas toleransi. 5. Paul B. Horton Horton mengutarakan pendapat bahwa penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma kelompok maupun norma yang ada di masyarakat. 6. Robert Lawang Penyimpangan sosial versi Robert Lawang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial serta menimbulkan sebuah usaha dari mereka yang memiliki wewenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. 7. Nasution Menurut Nasution, perilaku ini adalah perbuatan yang menyimpang serta bertentangan dengan nilai kebaikan yang berlaku di lingkungan masyarakat. 8. Ronald A. Hardert Perilaku menyimpang merupakan setiap tindakan yang melanggar keinginan bersama, sehingga perilaku tersebut dianggap menodai kepribadian kelompok dan pelaku akan diberikan sanksi tertentu. 9. Marshall B. Clinard dan Robert F. Meier Marshall B. Clinard dan Robert F. Meier menjelaskan bahwa penyimpangan sosial memiliki empat sudut pandang berbeda, bergantung bagaimana cara seseorang memahami perilaku tersebut. Berikut empat sudut pandang yang dijelaskan oleh Clinard dan Meier. Pertama, sudut pandang secara statistikal yang mendefinisikan penyimpangan sosial sebagai segala bentuk perilaku yang bertolak belakang dari perilaku maupun tindakan yang umum dilakukan oleh masyarakat. Kedua, sudut pandang secara absolut yang mendefinisikan penyimpangan sosial sebagai segala bentuk perilaku yang dianggap sebagai tindakan menyimpang norma atau aturan yang ada dari suatu kelompok maupun lingkungan masyarakat. Ketiga, sudut pandang dari para kaum reaktivis yang mendefinisikan penyimpangan sosial sebagai suatu gejala sosial yang terjadi dikarenakan adanya tindakan seseorang atau individu yang mengakibatkan reaksi dari lingkungan masyarakat di mana ia berada. Keempat, sudut pandang secara normatif yang mendefinisikan penyimpangan sosial sebagai suatu tindakan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang karena melanggar norma maupun aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Perilaku ini dapat dibagi menjadi dua berdasarkan perilaku serta sifatnya. Berikut penjelasan bentuk-bentuknya. 1. Perilaku Menyimpang Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifat terbagi menjadi dua macam, yaitu perilaku negatif dan perilaku positif. a. Perilaku menyimpang positif Perilaku positif adalah perilaku menyimpang yang memberikan maupun memiliki dampak positif pada kehidupan sosial, karena memiliki unsur yang inovatif dan ide yang muncul juga kreatif, sehingga dapat memperkaya wawasan masyarakat. Perilaku positif juga terarah terutama pada nilai yang ingin dicapai bersama maupun kepentingan sosial dan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang ideal dalam masyarakat. Perilaku positif biasanya akan diterima oleh masyarakat, karena bentuk dari perkembangan dan penyesuaian zaman. b. Perilaku menyimpang negatif Perilaku negatif adalah kebalikan dari perilaku positif. Perilaku negatif akan memberikan dampak negatif pada sistem sosial, sebab memiliki unsur yang sifatnya merendahkan dan akan menyebabkan hal buruk terjadi, contohnya seperti pemerkosaan, perampokan maupun pencurian. Perilaku negatif dibedakan menjadi dua sesuai dengan sifatnya, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Berikut penjelasannya. 1 Penyimpangan primer Penyimpangan primer adalah penyimpangan negatif yang dilakukan oleh seseorang dan sifatnya hanyalah sementara dan tidak terus menerus. Penyimpangan primer memiliki sifat yang tidak terlalu signifikan serta tidak terlalu merugikan orang lain. 2 Penyimpangan sekunder Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan negatif yang dilakukan oleh seorang individu yang sifatnya nyata dan sering dilakukan dan memiliki kemungkinan untuk merugikan diri sendiri serta orang lain. Penyimpangan sekunder adalah suatu hal yang tidak dapat ditoleransi, sebab telah melanggar norma maupun peraturan yang ada, seperti hukum yang tertuang dalam UUD 1945. 2. Perilaku Menyimpang Berdasarkan Perilaku Bentuk perilaku menyimpang yang kedua adalah perilaku berdasarkan perilakunya. Bentuk penyimpangan sosial satu ini dibagi menjadi tiga macam yaitu penyimpangan campuran, penyimpangan kelompok dan penyimpangan individual. Berikut penjelasannya. a. Individual deviation atau penyimpangan individual Bentuk penyimpangan perilaku individu merupakan perilaku yang biasanya hanya dilakukan oleh satu orang yang tidak dapat mematuhi norma atau nilai yang berlaku pada suatu lingkungan. Contohnya adalah ketika ada seorang siswa yang sedang berbuat curang seperti mencontek ketika mengerjakan ujian, baik itu secara pribadi maupun mencontek hasil pekerjaan teman. b. Group deviation atau penyimpangan kelompok Penyimpangan kelompok adalah perilaku yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak dapat mematuhi norma atau nilai yang berlaku pada suatu lingkungan masyarakat dan biasanya didasarkan oleh perasaan serta dorongan secara kolektif. Contohnya adalah siswa Sekolah Menengah Atas secara berkelompok mengadakan balapan motor liar dan mengganggu lalu lintas jalan raya serta pengendara yang lain. c. Combined deviation atau penyimpangan campuran Perilaku campuran adalah perilaku menyimpang yang pada umumnya dilakukan oleh individu atau seseorang yang sudah menjadi bagian dari suatu kelompok yang tidak dapat mematuhi norma maupun nilai yang berlaku pada suatu lingkungan. Contohnya seperti seseorang yang memutuskan untuk bergabung dalam organisasi atau kelompok ekstrimis agama, sehingga pandangan individu tersebut menjadi tertutup dengan nilai yang ditanam oleh organisasi tersebut. Maka dari itu, penyimpangan campuran ini akan merugikan orang lain maupun kelompok agama yang memiliki pandangan berbeda dengan individu tersebut. Perilaku menyimpang bisa terjadi karena ada pemicu atau penyebab. Berikut adalah beberapa penyebab dari perilaku menyimpang. 1. Adanya Perubahan Nilai dan Norma Sosial Dengan perkembangan zaman, seringkali ada beberapa kelompok masyarakat yang kesulitan atau bahkan tidak dapat mengikuti perkembangan zaman tersebut. Jika hal itu terjadi maka dapat membuat norma maupun nilai yang mereka miliki menjadi berbeda dari masyarakat pada umumnya dan sering kali dikelompokkan menjadi orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang. Contohnya seperti orang-orang yang menyuarakan pendapatnya tentang emansipasi wanita, tetapi ada beberapa kelompok masyarakat yang tidak setuju terhadap opini tersebut. Namun, karena perkembangan zaman, kelompok yang tidak setuju tersebut menjadi minoritas dan dianggap sebagai penyimpangan sosial. 2. Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna Penyebab kedua dari perilaku menyimpang adalah karena seorang individu tidak mendapatkan edukasi atau sosialisasi yang baik tentang norma dan nilai yang baik dan benar. Contohnya ketika ada seorang anak yang kurang mendapatkan pengetahuan dari orang tuanya dan hal ini tentu saja perlu dihindari. Sebab, keluarga adalah agen sosialisasi utama yang menjadi penentu penilaian dari anak tersebut. Jadi, ketika ada seorang anak yang tidak memiliki nilai maupun norma yang dipahami dengan baik, maka norma menyimpang akan dengan mudah tertanam dalam diri sang anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu menanamkan pengetahuan tentang norma yang benar dan baik. 3. Teori Labeling Teori labeling merupakan teori yang menggambarkan tentang penyimpangan yang terjadi ketika individu atau seseorang sudah dibentuk dengan stigma maupun cap negatif yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Contohnya adalah ketika dalam suatu lingkungan masyarakat, ada stigma di mana orang yang memiliki tato adalah orang yang jahat atau orang yang kurang baik, padahal tidak semua orang bertato memiliki sifat jahat. Akan tetapi, karena stigma tersebut, membuat individu yang memiliki tato menjadi terdorong untuk tidak peduli terhadap norma, sebab apapun yang ia perbuat akan selalu dianggap sebagai suatu hal yang negatif atau buruk. 4. Teori Anomie Teori anomie adalah teori yang menggambarkan tentang penyimpangan yang dapat terjadi ketika seorang individu atau kelompok tidak memiliki norma yang dapat mereka pegang serta dijadikan sebagai pedoman dalam hidup di suatu lingkungan masyarakat, sehingga memiliki kemungkinan untuk melakukan perilaku menyimpang. Contohnya adalah ketika seseorang yang baru pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki batasan tertentu. Ketika di tempatnya dahulu, orang tersebut harus pulang sebelum jam malam yaitu jam sepuluh malam. Namun saat ini, tidak ada peraturan yang mengatur tentang jam pulang, sehingga individu tersebut tidak mengetahui batasan yang membuat dirinya melakukan perilaku menyimpang. 5. Teori Differential association Penyebab kelima adalah teori yang menggambarkan tentang penyimpangan yang dapat terjadi ketika seorang individu dapat dipengaruhi untuk melakukan perilaku menyimpang, apabila individu tersebut terus menerus berinteraksi dengan individu lain yang memiliki sifat menyimpang. Contohnya ketika ada seseorang yang biasanya selalu masuk sekolah tepat waktu. Kemudian, orang tersebut bergaul dengan siswa lain yang memiliki kebiasaan sebaliknya. Oleh sebab itu, kebiasaan dari siswa yang biasa terlambat akan mengubah perspektif dari siswa yang rajin dan menganggap bahwa datang terlambat bukanlah hal buruk. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang Menurut Casare Lombroso Ada tiga faktor utama yang menyebabkan perilaku menyimpang menurut Casare Lombroso yaitu seorang kriminolog asal Italia dan pendiri Mazhab Kriminologi Positivis Italia. Ketiga faktor utama dari penyebab perilaku menyimpang adalah faktor biologis, faktor sosiologis dan faktor psikologis. Berikut penjelasannya. 1. Faktor Biologis Faktor biologis dijelaskan oleh Lombroso sebagai si penjahat sejak lahir. Lombroso menjelaskan bahwa ada ciri-ciri tertentu yang dapat mengidentifikasikan seseorang ketika orang tersebut akan menjadi seorang penjahat atau tidak berdasarkan ciri fisiknya. Ciri fisik yang dimaksudkan oleh Lombroso adalah berupa bentuk seseorang di usia muda, atau bagaimana bentuk alis dari seseorang apakah menyambung atau tidak dan masih banyak lagi. 2. Faktor Psikologis Faktor psikologis dijelaskan bahwa seorang individu yang akan melakukan perilaku menyimpang biasanya berkaitan erat dengan kepribadiannya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, contohnya seperti kepribadian yang retak atau individu tersebut memang memiliki kepribadian yang kemungkinan besar melakukan perilaku menyimpang atau karena faktor trauma dan lainnya. 3. Faktor Sosiologis Faktor sosiologis merupakan faktor seseorang yang akan melakukan perilaku menyimpang yang berkaitan erat dengan bagaimana individu tersebut melakukan sosialisasi dengan orang-orang yang kurang tepat. Lombroso menjelaskan bahwa seorang individu yang telah melakukan perilaku menyimpang akan sulit untuk berubah, sebab orang tersebut tidak memiliki norma yang berlaku di tengah masyarakat serta harus belajar kembali tentang bagaimana cara tidak melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tentu saja akan memunculkan berbagai dampak positif maupun negatif bagi individu yang melakukannya atau masyarakat sekitar. Dampak positif dari perilaku menyimpang tentu saja akan mudah diterima oleh masyarakat. Sementara itu, dampak negatif akan membuat masyarakat menuntut pelaku mendapatkan sanksi yang sesuai. Apabila Grameds tertarik untuk mempelajari materi-materi ilmu sosial yang lain atau ingin mendalami materi perilaku menyimpang, maka Grameds dapat membuka wawasan dan mencari informasi dengan membaca buku. Buku-buku terkait perilaku menyimpang dan ilmu Sosiologi bisa Grameds dapatkan di Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi LebihDenganMembaca. Penulis Khansa BACA JUGA Penyimpangan Sosial Bentuk, Contoh, Penyebab, dan Dampaknya Pengertian Stigma Faktor Pembentuk, Jenis, Dampak, dan Contohnya Pengertian & Jenis Pengendalian Sosial Preventif, Represif, Koersif Pengertian Prejudice Aspek, Jenis, dan Indikator Pelakunya Permasalahan Sosial Pengertian, Faktor, Penyebab, Dampak, dan Solusi ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisienView MANA MAN101 at PGRI University of Yogyakarta. PERILAKU MENYIMPANG YANG DILAKUKAN SEORANG GURU SD Rosalia Indriyati Saptatiningsih SOSIOLOGI Oleh : Dewi Arifiani NIM Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga perilaku setiap individu yang dianggap menyimpang tersebut seringkali dinyatakan sebagai pelanggaran dari aturan, nilai, dan norma dalam masyarakat. Perilaku menyimpang bisa terjadi karena individu atau kelompok memiliki dorongan dalam diri mereka atau karena adanya interaksi diluar diri mereka sehingga mengakibatkan mereka melakukan perilaku-perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang termasuk kedalam permasalahan sosial karena terdapat keadaan dimana ada ketidaksesuaian antara aturan, nilai, dan norma dalam masyarakat. Poin yang ditanyakan oleh soal adalah termasuk masalah sosial dari perspektif teori interaksi simbolis. Dalam teori interaksi simbolis, terdapat dua pandangan yang berbeda tentang masalah sosial. Teori pelabelan labelling theory. Menurut teori ini, suatu kondisi sosial kelompok atau masyarakat tertentu dianggap bermasalah, karena kondisi itu sudah dicap bermasalah. Konstruksionisme sosial. Menurut pandangan ini, masalah sosial juga merupakan konstruksi manusia. Dalam mengonstruksi realitas sosial, ada kalanya individu lebih sering berinteraksi dengan orang-orang yang mendefinisikan kejahatan sebagai sesuatu yang positif. Hal ini membuat dia cenderung untuk melakukan kejahatan. Proses seperti ini merupakan proses asosiasi diferensial. Edwin Sutherland menciptakan istilah asosiasi diferensial untuk mengindikasikan bahwa sebagian besar dari kita belajar untuk menyimpang dari atau konform terhadap norma masyarakat melalui kelompok-kelompok berbeda tempat kita bergaul. Berdasarkan penjelasan diatas, ilustrasi kasus yang terdapat dalam soal adalah termasuk kedalam teori perilaku menyimpang asosiasi diferensial. Sebab teori ini menyebutkan tindakan perilaku menyimpang dapat terjadi karena individu berada, bergaul, atau melihat lingkungan tempat tinggalnya melakukan perilaku menyimpang. Oleh sebab itu, ia ikut terdorong melakukan tindakan perilaku menyimpang. Jadi, jawaban yang tepat adalah A. I Perilaku Menyimpang Dan Pengendalian Sosial Definisi perilaku menyimpang menurut beberapa ahli sosiologi: a. Robertz M.Z Lawang Penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abornasi tersebut. b. - Perilaku menyimpang atau biasa disebut dengan penyimpangan sosial merupakan salah satu topik yang dikaji dalam sosiologi dan antropologi. Tema ini merujuk pada fenomena perilaku individu dalam masyarakat yang dinilai menyimpang. Mengutip materi kuliah "Konformitas, Penyimpangan, dan Kejahatan" terbitan UPH yang dilansir di laman Kemdikbud, pengertian perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial di dalam masyarakat. Dengan kata lain, perilaku menyimpang tidak sesuai dengan kehendak umum dalam masyarakat. Sementara dalam buku Sosiologi 1, Volume 1 2008119, Andreas Suroso menjelaskan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah segala bentuk tindakan dari individu ataupun kelompok yang tidak sesuai, bahkan menentang, aturan ataupun nilai-nilai norma sosial dalam pakar sosiologi juga menyodorkan beragam pengertian perilaku menyimpang, demikian dijelaskan di buku Sosiologi untuk SMA Kelas X 2009, Hlm 104. Setidaknya ada 3 definisi yang bisa dicermati. Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tak bisa menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak di masyarakat. Sedangkan James Vander Zander mendefinisikan perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang. Adapun Robert Lawang menjelaskan, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku begitu, dalam buku CMS Sosiologi SMA/MA Kelas X, XI, XII, diterangkan bahwa perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Penilaian positif itu dapat muncul akibat perubahan nilai dan norma-norma di perilaku menyimpang yang dinilai positif ialah kegigihan Kartini saat memperjuangkan emansipasi perempuan di tengah budaya dan aturan yang membatasi peran wanita. Perjuangan itu dahulu mungkin dinilai menyimpang dan negatif, tetapi kini justru dianggap positif hlm. 54.Penjelasan 4 Teori Penyimpangan Sosial Setidaknya ada 4 teori perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial yang bisa dicermati untuk memperkaya pemahaman akan tema ini. Sebenarnya, teori tentang perilaku menyimpang dapat dijelaskan pula dari segi mikroantropologi dengan mencari akar penyimpangan pada interaksi sosial. Penyimpangan sosial pun bisa dijelaskan dari segi makroantropologi dengan mencari sumber penyebabnya di struktur itu, ada pula teori biologi dan psikologi seperti psikoanalisis Freud yang juga menjelaskan mengapa seseorang melakukan perilaku menyimpang. Infografik SC 4 Teori Penyimpangan Sosial. diterangkan dalam Modul Antropologi terbitan Kemdikbud 2017, berikut substansi 4 teori yang menerangkan penyebab perilaku menyimpang. 1. Teori Differential Association Edwin H. SutherlandTeori ini divetuskan oleh Edwin H. Sutherland. Dalam teori differential association, penyimpangan sosial dianggap terjadi karena pergaulan berbeda. Maka itu, perilaku menyimpang dipahami terjadi karena proses alih budaya cultural transmission. Melalui proses tersebut, seseorang mempelajari suatu deviant subculture suatu sub kebudayaan menyimpang. Contoh yang diajukan Sutherland ialah perilaku mengisap ganja mariyuana, tetapi proses yang sama berlaku pula dalam mempelajari beraneka jenis perilaku menyimpang Sutherland, semua perilaku dipelajari. Karena itu, perilaku menyimpang juga merupakan hasil dari proses belajar dari individu. Proses belajar tersebut bisa terjadi karena intensitas kontak dengan orang yang menyimpang, atau hubungan dengan orang yang sumber penyimpangan dalam teori Sutherland adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan hunian, subkultur, bahkan penjara. 2. Teori Labeling Edwin M. LemertTeori Labeling digagas oleh Edwin M. Lemert. Dalam pandangan Lemert, penyimpangan bisa terjadi karena masyarakat memberikan cap/label negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer primary deviation. Seorang yang telah dicap sebagai pencuri, penipu, pendusta, perampok, dan lain sebagainya, akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya penyimpangan sekunder/secondary deviation, karena masyarakat tidak mempercayainya lagi sebagai orang teori Labeling, Lemert memperkenalkan konsep penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer ialah pengalaman yang terhubung dengan perilaku yang terbuka. Adapun penyimpangan sekunder peran yang diciptakan untuk menangani kecaman masyarakat terhadap Teori AnomieRobert K. Merton merumuskan teori Anomie untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang. Menurut dia, perilaku menyimpang merupakan pencerminan tidak adanya kaitan antara aspirasi yang ditetapkan kebudayaan dan cara yang dibenarkan struktur sosial untuk mencapai tujuan itu. Merton berpendapat, struktur sosial dapat menghasilkan tekanan sehingga mendorong seseorang melakukan penyimpangan. Jadi, teori Anomie menjelaskan bahwa penyimpangan merupakan akibat dari berbagai ketegangan dalam struktur sosial. Perilaku menyimpang terjadi sebab adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan Teori Fungsi Emile DurkheimMenurut Emile Durkheim, kesadaran moral setiap individu berbeda satu dengan yang lain karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlainan, seperti faktor keturunan,lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Oleh karena, perilaku menyimpang akan tetap ada kapan pun dan semua tempa, sekaligus sangat sulit dihilangkan. Namun, dengan adanya berbagai penyimpangan, moralitas dan hukum beserta lembaga penegaknya dapat berkembang secara perilaku menyimpang, dalam pandangan Durkheim, justru bisa berfungsi memperkokoh nilai dan norma sosial; memperjelas batas-batas moral di masyarakat; mendorong perubahan sosial; serta melahirkan solidaritas masyarakat untuk menghadapi penyimpangan sosial. Hubungan Penyimpangan Sosial dan Norma Masyarakat Pertanyaan penting dalam studi tentang penyimpangan sosial adalah kenapa, dalam konteks yang sama, ada orang yang memiliki perilaku menyimpang dan ada yang tidak?Secara umum, perilaku penyimpang atau penyimpangan sosial dikaitkan dengan pelanggaran satu atau lebih norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma adalah aturan perilaku yang memandu tindakan orang. Sumner 1906 memecah norma menjadi tiga kategori folkways, mores, dan adalah norma sehari-hari yang tak menimbulkan banyak keributan jika dilanggar. Adapun mores merupakan norma "moral" yang dapat menghasilkan lebih banyak kemarahan jika dilanggar. Sementara Laws hukum dianggap sebagai norma terkuat karena didukung adanya sanksi resmi atau respons formal dari lembaga penegaknya. Penyimpangan terjadi saat pelanggaran terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di masyarakat itu dilanggar. Pelanggaran itu bisa sepele dan juga bisa serius. Namun, penyimpangan justru dilihat dengan sudut pandang berbeda di konsepsi konstruksionisme sosial. Perspektif ini menilai perilaku menyimpang terjadi karena definisi penyimpangan diterapkan pada perbuatan itu. Maka, dalam konstruksionisme sosial, kajian soal penyimpangan bukan tentang mengapa individu tertentu melanggar norma, melainkan bagaimana norma-norma dibangun, demikian sebagaimana dikutip dari Introduction to Deviance terbitan Sage Publishing. - Pendidikan Kontributor Balqis FallahndaPenulis Balqis FallahndaEditor Addi M Idhom Seseorangyang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan
Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Sosiologi ★ SMA Kelas 12 / Ketimpangan Sosial dan Globalisasi - Sosiologi SMA Kelas 12Terdapat kasus seorang individu melakukan tindakan perilaku yang menyimpang karena hasil ia belajar semasa kecil, ia melihat orang-orang di lingkungan tempat tinggal melakukan perilaku menyimpang pula. Pemecahan masalah ini berkaitan dengan teori perilaku menyimpang yaitu asosiasi BENARB. SALAHPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Modernisasi - Sosiologi SMA Kelas 12Banyak masyarakat yang menyadari hak – haknya sebagai warga negara adalah ciri modernisasi di bidangA. budayaB. politikC. ekonomiD. sosialCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaTekstil - Seni Budaya Semester 2 Genap SMP Kelas 7Tema 6 Subtema 3 SD Kelas 5Segi Banyak dan Bangun Datar - Matematika SD Kelas 4Bencana Alam - Pendidikan Lingkungan Hidup PLH SD Kelas 4Tolak Peluru - Penjaskes PJOK SMP Kelas 7Seni Rupa - Seni Budaya SMP Kelas 7Belajar Bahasa MandarinMengevaluasi Routing Statis - TKJ SMK Kelas 12PTS Seni Budaya SMA Kelas 10PTS Seni Budaya SMA Kelas 11
PENGERTIAN PENYIMPANGAN SOSIAL Dalam kehidupan masyarakat sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Perilaku yang menyimpang mengakibatkan terjadinya pelanggaran. Pelanggaran tersebut terjadi karena seorang individu atau kelompok tidak bisa bersosialisasi secara sempurna. Hal tersebut menyebabkan individu atau kelompok terjerumus ke dalam pola perilaku yang menyimpang. Dengan kata lain, terjadilah penyimpangan sosial dalam kehidupan. Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut dengan deviasi deviation, sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut divian deviant. Pada masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa semakin banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial. Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang memiliki norma dan nilai yang berbeda. Pengertian penyimpangan sosial sangat beragam. Berikut ini pengertian penyimpangan sosial yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. James W van de Zanden, penyimpangan sosial sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap tercela dan di luar batas toleransi. Bruce J. Cohen, penyimpangan sosial sebagai perbuatan yang mengabaikan norma dan terjadi jika seseorang atau kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar, Terjemahan. Robert Lawang, penyimpangan sosial sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang dalam buku materi pokok pengantar sosiologi. Penyimpangan sosial terlihat dalam bentuk perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang disebut nonkonformitas. Jadi, pada dasarnya perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang atau sifat sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat atau kelompok, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai berikut. Perbedaan status kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi. Banyaknya pemuda putus sekolah drop out dan pengangguran. Mereka yang tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain. Keluarga yang berantakan broken home dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan¬kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam kompleks prostitusi. Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas. TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL Penyimpangan sosial yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu, muncullah beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain sebagai berikut Teori Anatomi Teori ini berpandangan bahwa munculnya perilaku menyimpang adalah konsekuensi dari perkembangan norma masyarakat yang makin lama makin kompleks sehingga tidak ada pedoman jelas yang dapat dipelajari dan dipatuhi warga masyarakat sebagai dasar dalam memilih dan bertindak dengan benar. Robert K. Merton mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku itu terjadi karena masyarakat mempunyai struktur budaya dengan sistem nilai yang berbeda-beda sehingga tidak ada satu standar nilai yang dijadikan suatu kesepakatan untuk dipatuhi bersama sehingga masyarakat akan berperilaku sesuai dengan standar. Dalam suatu perombakan struktur nilai seringkali terjadi perbaharuan untuk meyempurnakan tata nilai yang lama dan dianggap tidak sesuai. Dalam konteks ini terjadi inovasi nilai. Inovasi adalah suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai budaya tetapi menolak cara yang melembaga untuk mencapai tujuan. Teori Pengendalian Teori ini muncul bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor. Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang dihadapi. Pengendalian yang berasal dari luar, yaitu imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut. Untuk mencegah agar perilaku menyimpang tidak berkembang lagi maka perlunya masyarakat melakukan peningkatan rasa keterikatan dan kepercayaan terhadap lembaga dasar masyarakat. Semakin kuat ikatan antara lembaga dasar dengan masyarakat, akan semakin baik karena bisa menghayati norma sosial yang dominan yang berlaku dalam masyarakat. Teori Reaksi Sosial Teori ini umumnya berpendapat bahwa pemberian cap atau stigma seringkali mengubah perilaku masyarakat terhadap seseorang yang menyimpang, sehingga bila seseorang melakukan penyimpangan primer maka lambat laun akan melakukan penyimpangan sekunder. Seseorang yang tertangkap basah mencuri, dan kemudian diberitakan di media massa sehingga khalayak umum mengetahuinya maka beban pertama yang harus ia tanggung adalah adanya stigma atau cap dari lingkungannya yang mengklasifikasikannya sebagai penjahat. Cap sebagai residivis itu biasanya sifatnya abadi. Kendati orang tersebut telah menebus kesalahannya yang diperbuat tadi, yaitu dengan dipenjara, namun hal itu tidak cukup efektif untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat akan dirinya. Teori Sosialisasi Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini, didasarkan dengan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menghayati norma dan nilai yang dominan. Penyimpangan tersebut disebabkan adanya gangguan pada proses penghayatan dan pengamalan nilai tersebut dalam perilaku seseorang. Pada lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menyimpang adalah sebagai berikut. Jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan padat. Penghuni berstatus ekonomi rendah. Kondisi perkampungan yang sangat buruk. Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi. Menurut pendapat Shaw, Mckay dan mcDonal 1938, menemukan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisasi secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal dan wajar. PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG Pembentukan perilaku menyimpang dapat terjadi karena proses sosialisasi yang tidak sempurna dan nilai-nilai subkebudayaan menyimpang. Proses sosialisasi yang tidak sempurna Dalam proses sosialisasi yang sangat berperan adalah agents of sosialization atau pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Adapun agen-agen sosialisasi terdiri atas keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, dan media massa. Para agen sosialisasi menyampaikan pesan-pesan yang berbeda antara orang tua dengan lainnya. Hal-hal yang diajarkan oleh keluarga mungkin berbeda dengan yang disampaikan oleh agen di sekolah. Contoh Perilaku yang dilarang oleh keluarga dan sekolah, seperti penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual, membolos, merokok, berkelahi, dan lain-lain diperoleh dari agen sosialisasi, kelompok pergaulan dan media massa. Proses sosialisasi seolah-olah tidak sempurna karena tidak sepadan antara agen sosialisasi satu dengan yang lain. Proses sosialisasi yang tidak sempurna antara lain disebabkan oleh Terjadinya disorganisasi keluarga yaitu perpecahan dalam keluarga sebagai satu unit, karena anggota keluarga gagal dalam memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan perannya. Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan. Dalam keadaan kacau, nilai dan norma tidak berfungsi sehingga banyak sekali penyimpangan PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI HASIL PROSES SOSIALISASI NILAI-NILAI SUB KEBUDAYAAN MENYIMPANG Dalam proses sosialisasi, seseorang mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang, sehingga terbentuklah perilaku menyimpang. Contoh seorang anak dibesarkan pada lingkungan yang menganggap perbuatan minum-minuman keras, pelacuran, dan perkelahian sebagai hal yang biasa, maka anak tersebut akan melakukan perbuatan menyimpang yang serupa. Menurut ukuran masyarakat luas, perbuatan anak tersebut jelas bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka perbuatan anak tersebut dapat dikategorikan menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Perilaku menyimpang dapat disebabkan oleh anomi. Secara sederhana anomi diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Konsep anomi yang dikemukakan oleh Emilie Durkheim adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan untuk ditaati bersama. Keadaannya menjadi chaos atau kekacauan yang sulit diatasi. Padahal cukup banyak aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam masyarakat yang disebut konformitas. Jika aturan ini dilanggar disebut deviasi. Apabila pelanggaran sudah dianggap biasa, karena toleransinya pengawasan sosial, penyimpangan itu akhirnya menjadi konformitas. Contoh perbuatan menyuap seakan-akan menjadi konformitas, dan perbuatan siswa mencontek pada waktu ulangan. Menurut Robert K. Merton keadaan anomi dapat menyebabkan penyimpangan sosial. Dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi individu-individu belajar mengenal tujuan-tujuan penting dalam kebudayaan dan juga mempelajari cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan budaya tersebut. Anomi terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut Merton, ada lima tipologi tingkah laku individu untuk menghadapi hal tersebut yaitu konformitas, inovasi ritualisme, pengasingan diri, dan pem-berontakan. 1. Konformitas Konformitas merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh seseorang yang ingin lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil tidak memakai joki atau contek, tetapi dengan cara belajar sungguh-sungguh. Belajar merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang disetujui dan sudah melembaga dalam masyarakat, sedangkan menjadi PNS merupakan tujuan yang sesuai dengan nilai budaya. Sikap konformitas ini bukan merupakan keadaan anomis. 2. Inovasi Inovasi merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai budaya, tetapi menolak cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan. Contoh masyarakat mendorong semua anggota masyarakat untuk memperoleh kekayaan yang melimpah. Namun, kenyataannya hanya beberapa orang yang berhasil memperoleh dengan menggunakan cara-cara yang disetujui. Mereka melihat betapa kecilnya kemungkinan untuk berhasil jika mematuhi peraturan, maka mereka berupaya untuk melanggar peraturan yang ada misalnya korupsi. 3. Retualisme Retualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang melembaga, tetapi menolak tujuan-tujuan kebudayaannya. Contoh sikap seenaknya dan berbincang – bincang dengan temannya pada waktu upacara. Hal ini menandakan bahwa ia telah melupakan makna upacara. 4. Pengasingan Pengasingan diri merupakan sikap yang menolak tujuan maupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya. Contoh seseorang yang menjadi pemabuk berat karena frustasi, sehingga dia tidak memperhatikan keluarga, dan pekerjaan. Ia mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat normal. 5. Pemberontakan Pemberontakan merupakan sikap yang menolak tujuan dan cara-cara yang melembaga dan berupaya menggantikannya dengan tujuan dan cara baru atau lain. Contoh kaum revolusioner. CONTOH PENYIMPANGAN SOSIAL Ada berbagai jenis penyimpangan sosial yang terjadi dalam keluarga ataupun masyarakat. Berikut ini beberapa contoh penyimpangan sosial, antara lain yaitu penyalahgunaan narkotika, perkelahian pelajar, perilaku seksual di luar nikah, perilaku kriminal, dan homoseksualitas. Penyalahgunaan Narkotika Penyalahgunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat seperti untuk keperluan kesehatan, yaitu suntikan dalam proses pembedahan atau pada operasi¬operasi sehingga orang tidak merasakan sakit ketika dilaksanakan suatu operasi. Namun, penggunaan dengan dosis melampaui ukuran normal dapat menimbulkan efek negatif, yakni overdosis. Dalam kondisi seperti ini orang akan mengalami penurunan kesadaran, yaitu setengah sadar dan ingatannya menjadi kacau. Menurut hasil penelitian ilmiah Dr. Graham Baliane psikiater, mengemukakan bahwa alasan seorang remaja yang menggunakan narkotika adalah membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya; menunjukkan tindakan yang menentang otoritas orang tua, guru, dan norma sosial; mempermudah penyaluran perilaku seks; melepaskan diri dari kesepian; mencari dan menemukan arti hidup; mengisi kekosongan; menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup; mengikuti kawan-kawan, karena tidak ingin dikatakan sebagai pecundang; sekadar iseng-iseng dan didorong rasa ingin tahu. Penyalahgunaan narkotika dan zat-zat lain yang sejenisnya merupakan perbuatan yang merusak dengan segala akibat negatifnya. Seseorang yang sudah merasa tergantung akan narkotika bisa merugikan diri sendiri dan hancurnya kehidupan masa depan. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius, antara lain sebagai berikut. Candu dan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum. Morfin merupakan zat yang diper¬oleh dari candu. Umumnya morfin berwarna putih dan berwujud bubukan serta berasa pahit. Jenis lainnya adalah heroin dan kokain. Alkohol mempunyai sifat me¬nimbulkan gangguan pada susunan saraf. Apabila diminum pada awalnya akan merasa senang, akan tetap lama kelamaan dapat me¬nimbulkan kesadarannya merendah, badan terganggu dan lain sebagainya. Kokain diperoleh dari tumbuhan Erythroxylon coca, termasuk jenis tumbuhan semak yang tingginya 2 cm. Daunnya mengandung zat pembius, banyak dipakai untuk operasi. Ganja atau mariyuana diperoleh dari tumbuhan yang bernama Canabis Sativa. Cocok di daerah tropis dan sub tropis. Kafein yang terkandung dalam kopi memengaruhi susunan saraf dan jantung. LSD Lusergic acid Diethylamide dapat menyebabkan halusinasi atau bayangan dengan bermacam-macam khayalan. Tembakau mengandung racun nikotin yang keras. Nikotin merangsang susunan urat saraf sehingga dapat menimbulkan ketagihan. Perilaku Seksual di Luar Nikah Adanya gambar-gambar porno baik itu di media cetak dan media elektronik dapat mendorong timbulnya perilaku seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran norma, baik itu norma agama maupun norma sosial yang ada. Oleh karena itu, sejak dulu manusia telah membuat seperangkat aturan tata nilai dan norma-norma yang mengatur hubungan perilaku seksual, agar fungsi reproduksi manusia dapat berlangsung tanpa mengganggu ketertiban sosial. Akibat penyimpangan seksual yang paling mengerikan saat ini adalah penyakit AIDS. AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya virus yang dapat merusak jaringan tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan kematian. Virus tersebut lebih dikenal dengan nama HIV Human Immuno Deciency Virus. Virus ini adalah suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah diserang penyakit. Virus HIV dapat menular lewat tranfusi darah, pencangkokan organ tubuh, pemakaian jarum suntik secara berlebihan, hubungan seks tidak aman, dan lain-lain. Secara umum tanda-tanda seseorang terkena penyakit AIDS, yaitu sebagai berikut. Demam tinggi lebih dari satu bulan. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat. Diare lebih dari satu bulan. Batuk berkepanjangan lebih dari satu bulan. Perilaku Kriminal Lainnya Perilaku kriminal seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan juga termasuk dalam perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai tanggung jawab sosial. Pelakunya dapat dikenai hukuman mati, penjara, atau pencabutan hak-hak oleh negara. Sanksi yang tegas tersebut dimaksudkan untuk menekan dan mengendalikan tindakan kriminal yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Pada dasarnya kriminalitas adalah semua bentuk perilaku warga masyarakat yang telah dewasa dan bertentangan dengan norma-norma hukum, terutama adalah hukum pidana. Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya kriminalitas, yaitu dengan adanya kepincangan sosial, tekanan mental, dan kebencian. Bisa juga karena adanya perubahan masyarakat dan kebudayaan yang cepat tetapi tidak dapat diikuti oleh seluruh anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian yang sempurna. Homoseksualitas Homoseksualitas adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik kepada sesama jenis kelamin sebagai mitra seksualnya. Tindakan homoseksualitas bertentangan dengan norma sosial dan norma agama. Kenakalan Remaja Masalah kenakalan remaja sering menimbulkan kecemasan sosial karena remaja sebagai generasi penerus terperosot ke arah perilaku negatif. Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan, kenakalan remaja adalah perbuatan antisocial yang dilakukan oleh remaja, bila hal ini dilakukan orang dewasa termasuk tindak kejahatan. Pendapat lain menyatakan bahwa semua perbuatan penyelewengan norma yang menimbulkan kerusakan masyarakat dan dilakukan remaja. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun serta belum menikah. Perkelahian Pelajar Perkelahian pelajar sebenarnya termasuk dalam kenakalan remaja karena merupakan bentuk perilaku menyimpang. Perilaku semacam ini sering disebut dengan istilah tawuran. Tawuran berbeda dengan per-kelahian satu lawan satu. Perkelahian satu lawan satu tidak mendatangkan akibat luas, bahkan sebagian masyarakat menganggap sebagai lambing sportivitas dan kejantanan. Perkelahian pelajar berkaitan dengan krisis moral akrena tindakannya berlawanan dengan norma agama atau norma sosial. Biasanya para pelajar yang terlibat perkelahian tidak memikirkan risiko yang akan ditanggung kemudian. Tindak Kenakalan Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya. Penyimpangan Budaya Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain. Gaya hidup Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain a. Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb. b. Sikap eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb. Sumber Perilaku Menyimpang Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi. Jakarta Grafindo Persada.
. 153 258 139 430 73 428 485 24